- May 30, 2020
- Posted by: Admin
- Categories: COVID-19, UPDATE INFO
Berdasarkan data pemerintah, sudah lebih dari 23 ribu kasus pasien terinfeksi virus corona aau covid-19 di Indonesia. Vaksin belum akan tersedia setidaknya sampai dengan akhir 2021. Program imunisasi akan memerlukan waktu cukup lama lebih kurang dua tahun berikutnya untuk seluruh populasi. Sementara kehidupan harus terus berjalan. “Sampai vaksin ditemukan dan imunisasi massal dilakukan masyarakat harus beradaptasi dengan Covid-19 melalui mitigasi yang terkontrol dan terukur berbasis data,” ujar Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Laksana Tri Handoko.
LIPI memberikan enam
rekomendasi untuk hidup beradaptasi dengan Covid-19. Rekomendasi pertama adalah
kontrol dan mitigasi yang terukur untuk pengaktifan aktivitas ekonomi
masyarakat. “Fokusnya di screening massal
di simpul mobilitas publik berbasis Rapid
Diagnostic Test atau RDT dan uji Polymerase Chain Reaction atau
PCR di lokasi kerumunan permanen seperti rumah sakit, sekolah dan kampus, dan
perkantoran serta industri,” jelas Handoko.
Kedua, penanganan Orang Dalam Pemantauan (ODP)
dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dengan data akurat, masif dan terukur.
“Pasien positif dan keluarganya dikenakan masa isolasi dan karantina. Untuk
pasien positif dari masyarakat berpenghasilan rendah, keluarganya ditetapkan
sebagai penerima bantuan sosial,” jelasnya. Selain itu juga dilakukan
disinfeksi menyeluruh di lokasi dengan kasus positif.
Pengetatan pelaksanaan Protokol Utama Penanganan
Covid-19 seperti kewajiban memakai masker di semua lokasi dan kondisi, jaga
jarak di semua aktivitas, serta kebersihan dan strerilisasi menjadi rekomendasi
LIPI berikutnya. “Bila perlu dilakukan dengan mekanisme pemberian denda bagi
yang melanggar,” terang Handoko.
Rekomendasi kempat adalah pengerahan seluruh
infrastruktur dan SDM untuk meningkatkan kapasitas uji berbasis RDT dan PCR.
Meliputi pengadaan nasional untuk RDT dan test kit PCR dari sumber teruji
serta rekrutmen SDM untuk operator swab, ekstraksi
sampel, dan analisis hasil uji. “Alat PCR yang ada di seluruh instansi dan
kampus dikelola secara terpadu sehingga distribusi sampel dapat diatur dengan
baik dan hasil cepat keluar,” ujar Handoko.
Kelima, pembentukan Tim Pakar untuk setiap
sektor untuk evaluasi dan pemberian rekomendasi teknis lebih lanjut secara
berkala. Tim Pakar terdiri dari praktisi dan ilmuwan di sektor terkait dan ahli
epidemiologi. “Sehingga rekomendasinya berbasis data dan perkembangan sains dengan
didukung rekayasa teknologi untuk mendukung implementasi,” ungkapnya.
Rekomendasi keenam adalah penguatan ketahanan
dengan mempercepat riset terkait dengan konten lokal. Rekomendasi ini meliputi
pengembangan suplemen penguat imunitas tubuh dari bahan alam lokal,
karateristik biologi virus SARS-CoV2,
pembuatan bahan dan test
kit uji PCR lokal, metode baru uji virus secara molekular
sehingga lebih murah dan mudah dilakukan di berbagai fasilitas,
pengembangan Rapid
Diagnostic Test lokal, dan pengembangan alat sterilisasi
barang berbasis disinfektan untuk area publik. “Juga penciptaan model bisnis
baru untuk UMKM melalui teknologi tepat guna berbasis riset, sehingga bisa
menjangkau pasar yang lebih luas dengan daya tahan lebih lama,” kata Handoko.
Foto : freepik.com